www.photosnack.com

Rabu, 01 Agustus 2012

Mengkudu, "Si bau busuk" Pembunuh Jamur Candida albicans



A.    Mengkudu
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman tropis yang liar, mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai hingga ketinggian 1500 mdpl (di atas permukaan laut), baik di lahan subur maupun marginal. Penyebarannya cukup luas, meliputi seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia, Indonesia, Taiwan, Filipina, Vietnam, India, Afrika, dan Hindia Barat (Solomon 1999).
Tanaman mengkudu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom                     :           Plantae
Divisio                         :           Magnoliophyta (berbunga)
Kelas                           :           Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo                            :           Rubiales
Familia                        :           Rubiaceae
Genus                          :           Morinda
Species                        :           Morinda citrifolia L
Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. Batang bengkok-bengkok, Kulit batangnya berwarna coklat keabu-abuan, tidak berbulu. Memiliki bunga yang tumbuh di ketiak daun, Bunganya berwarna putih, dan berbau  harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik.(Bangun & Sarwono, 2011).
Tanaman mengkudu memiliki daun yang tebal dan mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tunggal, tepi daun rata, ujung lancip pendek. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu.
Mengkudu merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial juga tersedia dalam buah maupun daun Mengkudu. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang banyak terdapat pada Mengkudu dan merupakan antioksidan yang hebat.(Wahyu Widayat, STP). Bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan mengkudu untuk mengobati berbagai jenis penyakit. (Rahmawati, 2009)

B.     Candida albicans
1.      Klasifikasi
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ . Berdasarkan toksonomi menurut Siti Dumilah (1982) adalah sebagai berikut :


Divisio                   :  Eumycotina
Class                      :  Deuteromycetes
Ordo                      :  Monilliales
Familia                  :  Cryptococcaceae
Sub Famili             : Candidoidea
Genus                    :  Candida
Spesies                  :  Candida albicans




ini Uji GTT (Germ Tube Test) 

2.      Morfologi
a.      Mikroskopik
Kerokan kulit atau swab mukosa ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram, dan selanjutnya dilihat dibawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah berbentuk oval dengan sel anakan, dan berbentuk filament.



b.      Makroskopik
Media yang digunakan adalah agar dekstrosa sabaroud dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh bersama jamur. Biakan akan tumbuh setelah 3 hari dengan inkubasi pada suhu kamar (25°C-30°C), dengan ukuran 2-5,5µ × 3-6µ tergantung dari lama inkubasinya. Koloni Candida berwarna krem, timbul diatas permukaan media, permukaan koloni halus dan licin, dan berbau khas ragi untuk kultur murni dipilih koloni yang terpisah. Pada media cair, candida biasanya tumbuh pada dasar tabung (Jawest, 2004).

3.      Reproduksi
Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas, spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut dikatakan bahwa Candida menyerupai ragi (yeast-like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora. (Jawest, 2004).

4.         Patogenitas dan Patologi
Candida dapat hidup sebagai saprofit atau yang disebut saprobe, yaitu organisme yang melekat pada inang dan menyerap makananya melalui organisme yang telah mati tanpa menyebabkan suatu kelainan didalam tubuh baik manusia maupun hewan. Sifat infeksi patogen yang menyebabkan penyakit Candida disebut kandidiasis. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida  pada sel epitel. Kemampuan melekat ini lebih baik pada Candida albicans dari pada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida albicans mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida  juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
Patogenitas Candida dilakukan dengan uji germ tube (GTT), yakni penambahan serum pada koloni Candida. Hasil pengamatan menunjukan adanya gumpalan sehingga menandakan bahwa Candida  tersebut patogen (Mary E. Back,2011 ).
Secara histologik, berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses : menyerupai granuloma menahun. Candida sering dijumpai pada mukosa mulut, yang sering menimbulkan sariawan, Kadang – kadang Candida ditemukan dalam jumlah besar dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotic oral. Candida dapat terbawa oleh aliran darah ke berbagai organ termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat menetap (jawest.dkk,2004).

Dari hasil penelitian yang pernah saya lakukan sebelumnya kepekatan dari sari buah mengkudu berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 20% rata–rata jumlah koloni yang tumbuh berjumlah 76 buah, pada konsentrasi 40% Jumlah koloni berkurang menjadi 51 buah, sedangkan pada konsentrasi 60% terdapat penurunan jumlah koloni yang sangat drastis total koloni yang tumbuh hanya sebanyak 2 buah dan pada konsentrasi 80% dan 100% tidak dijumpai pertumbuhan koloni  Candida albican sama sekali. Ini menjelaskan bahwa sari mengkudu yang paling optimal dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans adalah konsentrasi murni (100%).
Maka berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan “Semakin besar kadar sari Mengkudu, maka semakin sedikit jumlah koloni Candida yang tumbuh.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar